Selasa, 28 April 2020

Mengenal Pahlawan Nasional

Mas Sugeng
Pemerintah memberi gelar Pahlawan Nasional kepada mereka karena besarnya jasa dan perjuangan mereka untuk kepentingan bangsa dan negara di masa penjajahan dulu. Berkat perjuangan para pahlawan seperti mereka, bangsa kita memiliki peluang dan harapan untuk merdeka. Sehingga bangsa Indonesia dapat meraih kehidupan yang mandiri dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sebagai generasi penerus kita wajib meneruskan perjuangan mereka dengan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini. Kita harus membantu pembangunan untuk kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia.

Pahlawan Nasional adalah gelar penghargaan tingkat tertinggi di Indonesia. Gelar ini diberikan oleh Pemerintahan Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik – didefinisikan sebagai "perbuatan nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya. Diantara sekian banyak pahlawan nasional yang ada diantaranya adalah Dr. Sutomo, Ki Hajar Dewantoro, dan EE Douwes Dekker. Berkat perjuangan mereka kita hidup sebagai bangsa yang merdeka.

1. Dr Soetomo
Dr. Soetomo lahir di Nganjuk, Jawa Timur, beliau adalah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Dr. Soetomo merupakan salah satu pahlawan yang mendapat gelar Pahlawan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 yang ditetapkan melalui Keppres No. 657 Tahun 1961.

Beliau bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo (BU), organisasi modern pertama di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908, yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tujuan perkumpulan ini adalah kemajuan nusa dan bangsa yang harmonis dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.

Pada tahun 1924 dr. Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinan Soetomo PBI cepat berkembang. Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club atau Kelompok Studi Indonesia di Surabaya, pada tahun 1930 mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935 mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya).

Nilai yang dapat kita diteladani dari beliau adalah semangatnya untuk bangkit melawan penjajah dan membela kepentingan rakyat, rasa cinta tanah air, dan kepedulian terhadap nasib bangsa Indonesia. Dengan usaha yang dilakukan oleh beliau dan rekan-rekannya bangsa Indonesia bangkit untuk membebaskan diri dari penjajah.

Hasil perjuangannya belia adalah pergerakan-pergerakan atau organisasi untuk kebangkitan bangsa Indonesia dan berdirinya banyak organisasi.

2. Ki Hajar Dewantoro
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa untuk rakyat jelata. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Ajarannya yg terkenal adalah " Ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani" artinya " di depan memberi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang memberi dukungan". sekarang kata " tut wuri handayani" dijadikan semboyan Departemen Pendidikan Nasional.

Beliau mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa. Beliau juga rajin menulis tentang pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

Salah satu hasil perjuangan beliau adalah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Selain itu, ada juga konsep belajar tiga dinding. Ki Hajar menyarankan, ruang kelas hanya dibangun dengan tiga sisi dinding; sedangkan satu sisi lainnya terbuka. Filosofi ini mencerminkan, seharusnya tidak ada batas atau jarak antara dunia pendidikan di dalam kelas dengan realitas di luarnya.

Selain itu beliau juga mewariskan tiga ajaran yang hingga kini masih terkenal, "Ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani." Konsep ini bermakna, "Di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan." Konsep tersebut masih relevan diterapkan dalam dunia pendidikan nasional dewasa ini.

Kita harus meneladani nilai juang yang beliau tinggalkan. Salah satu nilai juang Ki Hadjar Dewantara adalah dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesi. Tanpanya, mungkin bangsa Indonesia tidak bisa mencapai keadaan seperti saat ini. Rasa cinta tanah air yang besar menggugah beliau untuk mendirikan Taman Siswa, beliau mencurahkan perhatiannya dalam bidang pendidikan.

3. EE Douwes Dekker
Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker, umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabud lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Oktober 1879 adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.

Pemerintah memberi gelar Pahlawan Nasional kepada mereka karena besarnya jasa dan perjuang Mengenal Pahlawan NasionalBeliau adalah seorang peletak dasar nasionalisme. Pada awal pergerakan Nasional bersama Ki Hajar Dewantoro dan dr. Cipto Mangunkusumo yang tergabung dalam Tiga Serangkai, Danudirja Setiabudi mendirikan organisasi Indische Partij. Tujuan Indische Partij adalah kemerdekaan Hindia/Indonesia. Bersama Ki Hajar Dewantara pula ia ikut dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1924 didirikan Ksatrian Instituut oleh salah satu tokoh pergerakan nasional Indo-Belanda Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (E.F.E.) Douwes Dekker yang kemudian dikenal sebagai Dr. Danoedirdja Setiabudhi.

Beliau berhasil memperjuangkan nasionalisme Bangsa Indonesia melaui Indische Partij untuk perjuangan dalam bidang politik. Dalam bidang pendidikan beliau berhasil mendirikan lembaga pendidikan Ksatrian Instituut.

Nilai juang yang dapat kita teladani dari beliau adalah rasa cinta tanah air. Meskipun beliau memiliki darah Belanda, Jerman, Perancis , dan Jawa dari orang tuanya, tetapi jiwa nasionalismenya sangat tinggi. Danudirja Setiabudhi sangat menentang segala bentuk kolonialisme bangsa Eropa di Asia dan Afrika.